Manual painting karya Arief Hadinata |
Beberapa hari ini aku kurang tidur. Aku sedang
memikirkan sesuatu yang berat. Memikirkan bagaimana aku bisa lahir kedunia. Tiba-tiba
aku berpikir tentang sesuatu. Lalu aku mulai merancang pikiranku tentang penis.
Betapa sakti benda yang satu ini. Ketika benda ini—penis papa menghujam vagina
mama dan memuncratkan sperma, bertemu dengan ovum, terjadi pembuahan dan
menghasilkan embrio yang setelah itu berkembang menjadi janin, dan sembilan
bulan kemudian lahirlah aku. Anak nakal yang tak pernah menurut pada aturan,
selalu membuat keputusan yang sensasional, ingin hidup mandiri dan terbebas
dari aturan, dan memiliki pendapat yang di luar nalar pikiran manusia normal.
Aku mulai berpikir bahwa aku lahir dan tercipta dari sebuah ritual magis yang
aku anggap menjijikan. Lebih menjijikan lagi ketika aku membayangkan ekspresi
papa ketika memuncratkan sperma.
Beranjak dewasa, aku mulai memiliki banyak
informasi dan pandangan. Banyak hal yang terjadi setelah aku dewasa. Bila dulu
dianggap tabu, kini sudah menjadi hal umum. Beragam cerita tentang penis mulai
aku dapatkan. Tidak setiap hari. Beberapa kali saja, namun sering. Bila
sekarang umurku 24 tahun, dalam satu hari aku mengenal satu orang di hidupku,
sudah ada berapa orang yang aku kenal? Dan setiap orang memiliki cerita
sendiri. Itu belum termasuk cerita orang lain yang didengar orang lain lalu
salah satu kawanku mendengarnya dan menceritakannya padaku. Tentu akan lebih
banyak lagi cerita yang aku peroleh. Namun kali ini aku hanya ingin
merangkumnya menjadi sebuah cerita mengenai penis. Iya, kali ini simaklah
baik-baik ceritaku mengenai penis.
Beberapa hari yang lalu salah seorang kawan
yang biasanya nongkrong bareng lama tak menampakkan diri. Tak berapa lama
kemudian, ia menghubungiku melalui SMS untuk mendatanginya di kosan. Aku
mendatangi kosnya. Namun yang kudapati justru mata bengkak yang sembab. Ia
mengatakan bahwa kekasihnya telah memperkosanya. Memaksanya untuk menikmati
penis. Ia dalam kesedihan dan kekecewaan karena janji pada dirinya untuk
menyerahkan keperawanan hanya pada suaminya, kini telah kandas.
Cerita tentang penis yang lain pernah kudengar
kala SMA kelas 3. Ia merupakan gadis paling cantik di sekolah. Dua bulan
sebelum Ujian Akhir Nasional, ia menghilang. Tak ada surat yang menyatakan ia
sakit atau sedang dalam urusan keluarga. Kabar yang berembus menyatakan bahwa
ia keluar dari sekolah karena hamil. Obsesinya menjadi putri sekolah saat
wisuda gagal. Yang ada justru berita yang menggemparkan sekolah dan menjadi headline selama beberapa minggu di
sekolah menjelang Ujian Akhir Nasional. Ada pula kabar yang mengatakan bahwa
kekasihnya yang merupakan anak orang terpandang di kotaku tidak menyetujui adanya
pernikahan. Pihak lelaki memberikan sejumlah uang sebagai pengganti
pertanggungjawaban material atas kehamilan si gadis.
Lain lagi dengan salah satu kawanku. Dalam
hitungan bulan, kehidupannya sebagai anak rantau dari kampung berubah drastis.
Memasuki tahun kedua kuliah, keadaannya berbalik seratus delapan puluh derajat.
Tinggal di kosan mahal yang memiliki fasilitas hotel bintang tiga, memiliki
kendaraan roda empat, berbelanja barang bermerek premium, memiliki gadget terbaru, berpenampilan cantik dan
menarik. Aku hampir tak mengenalinya lagi. Gadis dusun yang sederhana berubah
bak putri raja. Saat aku tanya, dengan gigi yang dipagar kawat ia mengatakan
bahwa sekarang ia menjadi budak penis dari salah satu pejabat daerah.
Saat tengah malam aku pernah dihubungi oleh
salah satu kawanku. Ia mengatakan bahwa ia sedang berada di sebuah hotel dan
memintaku menjemputnya. Ia menelepon sambil menangis. Aku bergegas mengegas
motorku dan nekat menembus dinginnya malam menghampiri kawanku. Saat aku
berhenti di depan hotel untuk mengatakan bahwa aku sudah berada di hotel yang
ia katakan, datang sosok lesu yang tanpa kata-kata langsung membonceng di belakangku.
Aku mengegas motorku. Aku bertanya ia ingin kuantar ke mana, ia menjawab,
“terserah”. Karena bingung, aku antarkan ke kosku. Aku tahu kalau kosnya tak
memungkinkan untuk pulang dini hari. Setelah sampai di kosku, ia tertegun dan
menitikkan air mata. Aku bertanya ada apa. Ia mengatakan bahwa salah satu tamu
di tempatnya bekerja membookingnya.
Tamu tersebut mabuk dan saat hendak menyetubuhinya, ia dipukuli. Merasa
kesakitan, ia melawan. Namun tamu tersebut tetap memaksa hingga akhirnya ia kalah
karena ukuran tubuhnya yang mungil. Akibat persetubuhan dan pemukulan itu, ia
merasakan perih sekujur tubuh. Aku bisa melihat luka lebam di bahu dan
lengannya. Aku hanya bisa memintanya untuk beristirahat.
Dua bulan yang lalu, uang bulananku berkurang drastis
karena dalam sebulan aku menghadiri tiga pernikahan kawan. Mereka menikah
nyaris berurutan pada setiap akhir pekan. Sialnya, pernikahan tersebut ada di
luar kota. Selain harus patungan untuk membeli hadiah, aku juga harus patungan
untuk menyewa kendaraan. Ketiga pernikahan ini memiliki cerita yang sama.
Mahasiswa dan mahasiswi yang hobi di dalam kamar, iseng bermain, lalu
menstruasi menjadi terlambat dan perut membesar. Kalau mendengar cerita semacam
ini, beberapa kawan suka meledek pengantin lelaki dengan mengatakan, “kalau
lagi enak, suka males nyabut” dan semua tertawa. Yang mereka maksud pasti
penis.
Bagiku, yang dapat melangsungkan pernikahan
merupakan pihak yang beruntung. Ada pula pihak yang memilih untuk menggugurkan
hasil permainan penis dan vagina mereka. Coba saja buka google dan carilah
informasi mengenai obat terlambat bulan. Bahkan promo untuk obat jenis ini juga
ada di mana-mana. Di tiang listrik, tembok pinggir jalan, bahkan ada juga yang
menyebarkannya melalui media sosial. Salah satu kawanku kemarin harus dirawat
di rumah sakit karena pendarahan hebat. Ia meminum obat penggugur kandungan
saat tengah hamil empat bulan. Sial untuknya memang. Berniat untuk menutupi
perbuatan dari orang tua, ia justru kena damprat orang tua. Konon papanya
menampar kekasihnya hingga kekasihnya tersungkur di lantai.
Ada pula cerita konyol mengenai penis. Aku
sebut konyol karena bila cerita yang lain mengenai penis yang membuat pihak
wanita menangis, yang ini penis yang membuat pemiliknya menangis. Seorang jejaka
bermaksud menggoda gadis. Awalnya diajak nongkrong di kafe sebagai bentuk kopi
darat dari sebuah perkenalan dari jejaring sosial. Saat hari sudah semakin
malam, jejaka bertanya pada gadis hendak tidur ke mana, si gadis justru
menjawab bahwa ia ingin ikut jejaka saja. Jejaka dan gadis bersama-sama menuju
kos jejaka. Jejaka mengajak gadis minum anggur. Gadis setuju. Mereka minum
hingga mabuk. Dalam keadaan mabuk, keduanya bermesra-mesraan. Berpelukan,
berciuman, hingga jejaka menjejalkan penisnya pada vagina gadis. Gadis marah
dan mengamuk. Ia berteriak-teriak minta diantar pulang. Awalnya jejaka bingung
dengan tingkah gadis. Dia yang menawarkan diri untuk tidur bersama, bersedia
diajak minum anggur bersama, menikmati cumbuan dan pelukan, lalu tiba-tiba menjerit
ketika kepala penis sudah memasuki liang vagina. Merasa malu dan risih dengan
tingkah gadis, jejaka akhirnya mengantar gadis pulang. Namun karena gadis terus
berteriak dan marah-marah sepanjang perjalanan, jejaka akhirnya emosi dan menghentikan
kendaraan lalu menurunkan gadis di pinggir jalan. Jejaka menyuruh gadis
melanjutkan perjalanannya ke rumah dengan bekal dua puluh ribu rupiah. Esoknya
perbuatan jejaka mendapat sanksi karena gadis yang ia setubuhi ternyata
belum genap berusia 17 tahun. Ia harus mendekam di prodeo karena tuduhan pemerkosaan pada anak di bawah umur.
Ya, penis memiliki beragam cerita bagi setiap
orang. Begitupun aku. Aku memiliki cerita tersendiri mengenai penis. Suatu
sore, sepulang dari kampus, aku mendapati banyak kardus di depan kamarku. Aku
masuk dan melihat kekasihku sedang menata ruangan dan menyiapkan makan. Aku
bertanya ada apa. Ia menarikku dan memintaku duduk di kasur. Ia memelukku
sambil menangis, mengatakan ia sangat menyayangiku, mencintaiku, dan ia juga
mengatakan ingin berpisah denganku karena aku tak memiliki penis.
Semarang, 25 Juni 2015
6:10 a.m.
Berbisnis dengan penis.
No comments:
Post a Comment