Saturday 27 June 2015

B E R P I K I R

Manual painting karya Arief Hadinata


Beberapa hari ini aku kurang tidur. Aku sedang memikirkan sesuatu yang berat. Memikirkan bagaimana aku bisa lahir kedunia. Tiba-tiba aku berpikir tentang sesuatu. Lalu aku mulai merancang pikiranku tentang penis. Betapa sakti benda yang satu ini. Ketika benda ini—penis papa menghujam vagina mama dan memuncratkan sperma, bertemu dengan ovum, terjadi pembuahan dan menghasilkan embrio yang setelah itu berkembang menjadi janin, dan sembilan bulan kemudian lahirlah aku. Anak nakal yang tak pernah menurut pada aturan, selalu membuat keputusan yang sensasional, ingin hidup mandiri dan terbebas dari aturan, dan memiliki pendapat yang di luar nalar pikiran manusia normal. Aku mulai berpikir bahwa aku lahir dan tercipta dari sebuah ritual magis yang aku anggap menjijikan. Lebih menjijikan lagi ketika aku membayangkan ekspresi papa ketika memuncratkan sperma.
Beranjak dewasa, aku mulai memiliki banyak informasi dan pandangan. Banyak hal yang terjadi setelah aku dewasa. Bila dulu dianggap tabu, kini sudah menjadi hal umum. Beragam cerita tentang penis mulai aku dapatkan. Tidak setiap hari. Beberapa kali saja, namun sering. Bila sekarang umurku 24 tahun, dalam satu hari aku mengenal satu orang di hidupku, sudah ada berapa orang yang aku kenal? Dan setiap orang memiliki cerita sendiri. Itu belum termasuk cerita orang lain yang didengar orang lain lalu salah satu kawanku mendengarnya dan menceritakannya padaku. Tentu akan lebih banyak lagi cerita yang aku peroleh. Namun kali ini aku hanya ingin merangkumnya menjadi sebuah cerita mengenai penis. Iya, kali ini simaklah baik-baik ceritaku mengenai penis.
Beberapa hari yang lalu salah seorang kawan yang biasanya nongkrong bareng lama tak menampakkan diri. Tak berapa lama kemudian, ia menghubungiku melalui SMS untuk mendatanginya di kosan. Aku mendatangi kosnya. Namun yang kudapati justru mata bengkak yang sembab. Ia mengatakan bahwa kekasihnya telah memperkosanya. Memaksanya untuk menikmati penis. Ia dalam kesedihan dan kekecewaan karena janji pada dirinya untuk menyerahkan keperawanan hanya pada suaminya, kini telah kandas.
Cerita tentang penis yang lain pernah kudengar kala SMA kelas 3. Ia merupakan gadis paling cantik di sekolah. Dua bulan sebelum Ujian Akhir Nasional, ia menghilang. Tak ada surat yang menyatakan ia sakit atau sedang dalam urusan keluarga. Kabar yang berembus menyatakan bahwa ia keluar dari sekolah karena hamil. Obsesinya menjadi putri sekolah saat wisuda gagal. Yang ada justru berita yang menggemparkan sekolah dan menjadi headline selama beberapa minggu di sekolah menjelang Ujian Akhir Nasional. Ada pula kabar yang mengatakan bahwa kekasihnya yang merupakan anak orang terpandang di kotaku tidak menyetujui adanya pernikahan. Pihak lelaki memberikan sejumlah uang sebagai pengganti pertanggungjawaban material atas kehamilan si gadis.
Lain lagi dengan salah satu kawanku. Dalam hitungan bulan, kehidupannya sebagai anak rantau dari kampung berubah drastis. Memasuki tahun kedua kuliah, keadaannya berbalik seratus delapan puluh derajat. Tinggal di kosan mahal yang memiliki fasilitas hotel bintang tiga, memiliki kendaraan roda empat, berbelanja barang bermerek premium, memiliki gadget terbaru, berpenampilan cantik dan menarik. Aku hampir tak mengenalinya lagi. Gadis dusun yang sederhana berubah bak putri raja. Saat aku tanya, dengan gigi yang dipagar kawat ia mengatakan bahwa sekarang ia menjadi budak penis dari salah satu pejabat daerah.
Saat tengah malam aku pernah dihubungi oleh salah satu kawanku. Ia mengatakan bahwa ia sedang berada di sebuah hotel dan memintaku menjemputnya. Ia menelepon sambil menangis. Aku bergegas mengegas motorku dan nekat menembus dinginnya malam menghampiri kawanku. Saat aku berhenti di depan hotel untuk mengatakan bahwa aku sudah berada di hotel yang ia katakan, datang sosok lesu yang tanpa kata-kata langsung membonceng di belakangku. Aku mengegas motorku. Aku bertanya ia ingin kuantar ke mana, ia menjawab, “terserah”. Karena bingung, aku antarkan ke kosku. Aku tahu kalau kosnya tak memungkinkan untuk pulang dini hari. Setelah sampai di kosku, ia tertegun dan menitikkan air mata. Aku bertanya ada apa. Ia mengatakan bahwa salah satu tamu di tempatnya bekerja membookingnya. Tamu tersebut mabuk dan saat hendak menyetubuhinya, ia dipukuli. Merasa kesakitan, ia melawan. Namun tamu tersebut tetap memaksa hingga akhirnya ia kalah karena ukuran tubuhnya yang mungil. Akibat persetubuhan dan pemukulan itu, ia merasakan perih sekujur tubuh. Aku bisa melihat luka lebam di bahu dan lengannya. Aku hanya bisa memintanya untuk beristirahat.
Dua bulan yang lalu, uang bulananku berkurang drastis karena dalam sebulan aku menghadiri tiga pernikahan kawan. Mereka menikah nyaris berurutan pada setiap akhir pekan. Sialnya, pernikahan tersebut ada di luar kota. Selain harus patungan untuk membeli hadiah, aku juga harus patungan untuk menyewa kendaraan. Ketiga pernikahan ini memiliki cerita yang sama. Mahasiswa dan mahasiswi yang hobi di dalam kamar, iseng bermain, lalu menstruasi menjadi terlambat dan perut membesar. Kalau mendengar cerita semacam ini, beberapa kawan suka meledek pengantin lelaki dengan mengatakan, “kalau lagi enak, suka males nyabut” dan semua tertawa. Yang mereka maksud pasti penis.
Bagiku, yang dapat melangsungkan pernikahan merupakan pihak yang beruntung. Ada pula pihak yang memilih untuk menggugurkan hasil permainan penis dan vagina mereka. Coba saja buka google dan carilah informasi mengenai obat terlambat bulan. Bahkan promo untuk obat jenis ini juga ada di mana-mana. Di tiang listrik, tembok pinggir jalan, bahkan ada juga yang menyebarkannya melalui media sosial. Salah satu kawanku kemarin harus dirawat di rumah sakit karena pendarahan hebat. Ia meminum obat penggugur kandungan saat tengah hamil empat bulan. Sial untuknya memang. Berniat untuk menutupi perbuatan dari orang tua, ia justru kena damprat orang tua. Konon papanya menampar kekasihnya hingga kekasihnya tersungkur di lantai.
Ada pula cerita konyol mengenai penis. Aku sebut konyol karena bila cerita yang lain mengenai penis yang membuat pihak wanita menangis, yang ini penis yang membuat pemiliknya menangis. Seorang jejaka bermaksud menggoda gadis. Awalnya diajak nongkrong di kafe sebagai bentuk kopi darat dari sebuah perkenalan dari jejaring sosial. Saat hari sudah semakin malam, jejaka bertanya pada gadis hendak tidur ke mana, si gadis justru menjawab bahwa ia ingin ikut jejaka saja. Jejaka dan gadis bersama-sama menuju kos jejaka. Jejaka mengajak gadis minum anggur. Gadis setuju. Mereka minum hingga mabuk. Dalam keadaan mabuk, keduanya bermesra-mesraan. Berpelukan, berciuman, hingga jejaka menjejalkan penisnya pada vagina gadis. Gadis marah dan mengamuk. Ia berteriak-teriak minta diantar pulang. Awalnya jejaka bingung dengan tingkah gadis. Dia yang menawarkan diri untuk tidur bersama, bersedia diajak minum anggur bersama, menikmati cumbuan dan pelukan, lalu tiba-tiba menjerit ketika kepala penis sudah memasuki liang vagina. Merasa malu dan risih dengan tingkah gadis, jejaka akhirnya mengantar gadis pulang. Namun karena gadis terus berteriak dan marah-marah sepanjang perjalanan, jejaka akhirnya emosi dan menghentikan kendaraan lalu menurunkan gadis di pinggir jalan. Jejaka menyuruh gadis melanjutkan perjalanannya ke rumah dengan bekal dua puluh ribu rupiah. Esoknya perbuatan jejaka mendapat sanksi karena gadis yang ia setubuhi ternyata belum genap berusia 17 tahun. Ia harus mendekam di prodeo karena tuduhan pemerkosaan pada anak di bawah umur.
Ya, penis memiliki beragam cerita bagi setiap orang. Begitupun aku. Aku memiliki cerita tersendiri mengenai penis. Suatu sore, sepulang dari kampus, aku mendapati banyak kardus di depan kamarku. Aku masuk dan melihat kekasihku sedang menata ruangan dan menyiapkan makan. Aku bertanya ada apa. Ia menarikku dan memintaku duduk di kasur. Ia memelukku sambil menangis, mengatakan ia sangat menyayangiku, mencintaiku, dan ia juga mengatakan ingin berpisah denganku karena aku tak memiliki penis.
Semarang, 25 Juni 2015 6:10 a.m.
Berbisnis dengan penis.
   



No comments:

Post a Comment

Cerita Amanda

Suka Duka Nikahin Seniman, Tak Punya Gaji Bulanan dan Diragukan Kalau Mengajukan Cicilan

Nggak pernah kepikiran bakalan menikah sama seniman, meskipun sejak jaman sekolah banyak macarin anak Seni Rupa. Hahaha… Ngomong nggak mau k...