Mural Arief Hadinata di kampus Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Semarang |
Aku
harus mengerutkan dahi setiap mencoba mencerna tentangnya. Tak pernah
kumengerti orang sekompleks dia. Dan baru kali ini aku mengenal orang yang
semacam ini. Vina namanya. Sederhana. Dan setahuku hanya itulah
nama yang ia miliki
Vina
tak cantik. Vina hanya menarik. Ceria, ramah, mudah
bergaul, pendengar yang baik, dan berbincang dengannya tak akan kehabisan
topik. Semua orang betah duduk di dekatnya untuk mendengarnya bercerita. Vina
pun sangat bersemangat, memiliki segudang prestasi, dan nilai akademisnya tak
pernah dibawah B. Caranya berpakaian sederhana. Tak pernah terlihat mentereng
atau pun gembel. Hanya dengan celana jins dan kaos, Vina
sudah mampu menarik mata orang-orang untuk memperhatikannya. Rambut ikalnya pun
hanya diikat ekor kuda atau digerai lepas.
Sudah
kujamin Vina adalah
tipikal menantu idaman setiap mertua. Manis, menarik, pintar, sangat telaten,
pandai memasak, mudah mengambil hati orang, dan sangat pandai mengurus dan
menata rumah. Vina pun sangat rajin beribadah. Enerjik, cekatan, dan
bisa mengendalikan keadaan.
Saat
siang, Vina sangat pantas dengan penampilannya
sebagai seorang mahasiswa. Mengenakan rok, kemeja, bolero atau cardigan, rambut
yang dicepol rapi, lipstick atau lipgloss dan eyeliner, sepatu flat
warna gelap. Tapi saat hari menjelang gelap, Vina
berpakaian yang terbuka di beberapa sisi dirinya dan riasan tebal aneka warna.
Menunggu suara klakson memanggil dan segera
mengenakan high heels lima belas
senti.
Menjelang
pagi, Vina pulang
dengan meraba-raba dinding. Lalu segera ambruk di ranjang. Tapi lebih sering
pulang diantar oleh laki-laki. Lalu lelaki itu dengan senang hati
menyetubuhinya yang sudah tak sadarkan diri.
Beberapa kali kulihat Vina mengeluarkan isi perutnya di ranjang
atau saat tengah bercinta. Tapi dasar lelaki, mereka tetap melanjutkan
aktivitasnya, dan setelah ejakulasi segera berpakaian dan pergi. Beberapa kali Vina
mendapat beberapa lembar warna merah di samping ranjang atau diselipkan di
antara sepasang payudaranya.
Di
antara sekian banyak lelaki yang mampir di kamarnya, ada satu sosok yang tak
datang saat ia tengah hangover.
Lelaki itu datang saat siang hari. Saat matahari tepat di atas ubun-ubun. Vina
selalu segera pulang dari kampus dan memasak, lalu menjamu lelaki itu. Mereka
berbincang, melihat televisi atau film bersama. Menikmati Wine atau bir dingin dengan salad buah. Hanya beberapa kali saja
mereka terlihat bercinta. Itu pun tak pernah dengan lenguhan atau suara pukulan
dan teriakan. Mereka melakukannya dengan halus. Setelah itu mereka berbincang
dan merokok bersama. Tepat saat matahari hampir menyiratkan jingga, lelaki itu
pamit pulang. Lelaki itu tak setiap hari datang. Hanya hari-hari tertentu.
Nampaknya saat Vina sedang
tak ada kuliah.
Hari ini
aku dibuat terkejut dengan kedatangan seorang wanita. Wanita itu mengetuk pintu
dengan kasar. Setelah pintu dibuka, tanpa bertanya wanita itu berteriak-teriak,
menampar, dan diakhiri dengan memukul wajah Vina
dengan tas yang wanita itu genggam, lalu wanita itu pergi dengan umpatan.
Vina
terduduk di lantai dan menangis. Lalu Vina
mengangkat ponselnya. Tak lama seorang wanita datang. Wanita ini berbeda dengan
yang barusan datang. Wanita itu sangat cantik, anggun, dengan dress selutut hitam dan bolero kuning,
lengkap dengan aksesoris dari logam dan batuan yang membuatnya sangat berkelas.
Juga rambut coklat ikal yang mengilat, halus dan jatuh. Tubuh tinggi, putih,
dan mengenakan wedges coklat. Sosok
yang lebih sempurna dibanding Vina. Wanita ini menarik
Vina dan mengajak berbincang. Membuatkan
segelas coklat hangat, menciumnya. Entah bagaimana, mereka akhirnya bercinta.
Dan sungguh, kali ini sangat berbeda dengan yang biasa kulihat. Sangat liar,
menggelora, panas, dan durasi luar biasa lama! Sampai akhirnya wanita ini
menyerah dan berhenti. Diakhiri dengan berpelukan dan saling mengusap rambut.
Dan aku hanyalah jendela kos yang telah usang dan tak sengaja menangkap semua
aktivitas yang terjadi.
Agak
gila dan sedang mencari gara-gara
Semarang,
22 April 2012
3:07:01
pm
No comments:
Post a Comment