Wednesday 6 August 2014

D O N G E N G V I N A

Mural Arief Hadinata di kampus Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Semarang


Aku harus mengerutkan dahi setiap mencoba mencerna tentangnya. Tak pernah kumengerti orang sekompleks dia. Dan baru kali ini aku mengenal orang yang semacam ini. Vina namanya. Sederhana. Dan setahuku hanya itulah nama yang ia miliki
Vina tak cantik. Vina hanya menarik. Ceria, ramah, mudah bergaul, pendengar yang baik, dan berbincang dengannya tak akan kehabisan topik. Semua orang betah duduk di dekatnya untuk mendengarnya bercerita. Vina pun sangat bersemangat, memiliki segudang prestasi, dan nilai akademisnya tak pernah dibawah B. Caranya berpakaian sederhana. Tak pernah terlihat mentereng atau pun gembel. Hanya dengan celana jins dan kaos, Vina sudah mampu menarik mata orang-orang untuk memperhatikannya. Rambut ikalnya pun hanya diikat ekor kuda atau digerai lepas.
Sudah kujamin Vina adalah tipikal menantu idaman setiap mertua. Manis, menarik, pintar, sangat telaten, pandai memasak, mudah mengambil hati orang, dan sangat pandai mengurus dan menata rumah. Vina pun sangat rajin beribadah. Enerjik, cekatan, dan bisa mengendalikan keadaan.
Saat siang, Vina sangat pantas dengan penampilannya sebagai seorang mahasiswa. Mengenakan rok, kemeja, bolero atau cardigan, rambut yang dicepol rapi, lipstick atau lipgloss dan eyeliner, sepatu flat warna gelap. Tapi saat hari menjelang gelap, Vina berpakaian yang terbuka di beberapa sisi dirinya dan riasan tebal aneka warna. Menunggu suara klakson memanggil dan segera mengenakan high heels lima belas senti.
Menjelang pagi, Vina pulang dengan meraba-raba dinding. Lalu segera ambruk di ranjang. Tapi lebih sering pulang diantar oleh laki-laki. Lalu lelaki itu dengan senang hati menyetubuhinya yang sudah tak sadarkan diri. Beberapa kali kulihat Vina mengeluarkan isi perutnya di ranjang atau saat tengah bercinta. Tapi dasar lelaki, mereka tetap melanjutkan aktivitasnya, dan setelah ejakulasi segera berpakaian dan pergi. Beberapa kali Vina mendapat beberapa lembar warna merah di samping ranjang atau diselipkan di antara sepasang payudaranya.
Di antara sekian banyak lelaki yang mampir di kamarnya, ada satu sosok yang tak datang saat ia tengah hangover. Lelaki itu datang saat siang hari. Saat matahari tepat di atas ubun-ubun. Vina selalu segera pulang dari kampus dan memasak, lalu menjamu lelaki itu. Mereka berbincang, melihat televisi atau film bersama. Menikmati Wine atau bir dingin dengan salad buah. Hanya beberapa kali saja mereka terlihat bercinta. Itu pun tak pernah dengan lenguhan atau suara pukulan dan teriakan. Mereka melakukannya dengan halus. Setelah itu mereka berbincang dan merokok bersama. Tepat saat matahari hampir menyiratkan jingga, lelaki itu pamit pulang. Lelaki itu tak setiap hari datang. Hanya hari-hari tertentu. Nampaknya saat Vina sedang tak ada kuliah.
Hari ini aku dibuat terkejut dengan kedatangan seorang wanita. Wanita itu mengetuk pintu dengan kasar. Setelah pintu dibuka, tanpa bertanya wanita itu berteriak-teriak, menampar, dan diakhiri dengan memukul wajah Vina dengan tas yang wanita itu genggam, lalu wanita itu pergi dengan umpatan.
Vina terduduk di lantai dan menangis. Lalu Vina mengangkat ponselnya. Tak lama seorang wanita datang. Wanita ini berbeda dengan yang barusan datang. Wanita itu sangat cantik, anggun, dengan dress selutut hitam dan bolero kuning, lengkap dengan aksesoris dari logam dan batuan yang membuatnya sangat berkelas. Juga rambut coklat ikal yang mengilat, halus dan jatuh. Tubuh tinggi, putih, dan mengenakan wedges coklat. Sosok yang lebih sempurna dibanding Vina. Wanita ini menarik Vina dan mengajak berbincang. Membuatkan segelas coklat hangat, menciumnya. Entah bagaimana, mereka akhirnya bercinta. Dan sungguh, kali ini sangat berbeda dengan yang biasa kulihat. Sangat liar, menggelora, panas, dan durasi luar biasa lama! Sampai akhirnya wanita ini menyerah dan berhenti. Diakhiri dengan berpelukan dan saling mengusap rambut. Dan aku hanyalah jendela kos yang telah usang dan tak sengaja menangkap semua aktivitas yang terjadi.

Agak gila dan sedang mencari gara-gara
Semarang, 22 April 2012
3:07:01 pm

No comments:

Post a Comment

Cerita Amanda

Suka Duka Nikahin Seniman, Tak Punya Gaji Bulanan dan Diragukan Kalau Mengajukan Cicilan

Nggak pernah kepikiran bakalan menikah sama seniman, meskipun sejak jaman sekolah banyak macarin anak Seni Rupa. Hahaha… Ngomong nggak mau k...